TUJUAN
A. Tujuan
Akhir
Setelah
menyelasaikan modul ini diharapkan siswa dapat memahami dasar
pengelolaan
limbah pertanian.
B. Tujuan
Antara
Setelah
mempelajari modul ini, diharapkan :
Siswa mampu mengklasifikasi jenis Limbah
pertanian
Siswa mampu mengenali sifat-sifat Limbah
pertanian
Siswa mampu membedakan pengaruh limbah
pertanian terhadap lingkungan.
Siswa mampu mengenali jenis limbah yang
berbahaya bagi lingkungan.
Siswa mampu menangani limbah secara fisik.
PENDALAMAN
MATERI
v
Pengertian limbah pertanian.
PERISTILAHAN/ GLOSSARY
Bahan organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang
atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah
karbohidrat,
protein, lemak. Bahan organik ini mudah sekali
mengalami
pembusukan oleh mikroorganisme.
BOD 5 (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam
ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan
benda
organik oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih
kembali.
Waktu yang diperlukan 5 hari pada suhu 200 C.
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm
atau
milligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk
menguraikan
benda organik secara kimiawi.
Efluen adalah air buangan.
Limbah adalah bahan yang terbuang.
Limbah pertanian adalah bahan-bahan yang dibuang di
sektor pertanian.
Lumpur adalah jumlah endapan yang tersisa setelah
Mengalami penguapan pada suhu 1030 C-1050 C dari suatu
air limbah.
Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor
pertanian,misalnya
sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi, kulit,
tulang pada ternak
potong serta jeroan & darah pada ikan.
Secara garis besar
limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan
Saat panen
serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen juga bisa ter
Bagi dalam
kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau
limbah industri
pertanian.
Pengertian limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi
yang
terkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai
contoh
daun, ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanya
dikumpulkan sebagai sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar
saja.
Kotoran ternak umumnya hanya dijadikan pupuk kandang saja walaupun
sebenarnya masih bisa diolah menjadi bahan bakar langsung,
difermentasi
menjadi gas bio, media atau campuran media jamur, campuran makanan
ternak lainnya (seperti misalnya pada peternakan sistem longyam
atau
peternakan di atas kolam ikan).
Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan
tanaman
serealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain padi,
jagung, dan
mungkin sorgum.
Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar tanaman
padi
belum digunakan dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang
efisien
kalau diambil, juga bisa dikembalikan untuk kesuburan tanah. Sawah
direndam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke
dalam tanah
dan dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang
dan
bulir padinya daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap,
atau
dibenamkan ke dalam lumpur untuk pupuk. Daun dan batang atau
jerami
padi dapat difermentasikan atau dibuat silase jadi pakan ternak
ruminansia.
Panen jagung menyisakan batang dan daun yang mengering. Sering
sisa
batang dan daun ini cukup dibakar saja. Demikian juga halnya pada
panen
sorgum, sisa tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa
peternak
dapat membuat silase yang terkadang ditambahkan tetes tebu.
Hampir semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yang
sampai sejauh ini hanya dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan
sebagian
untuk makanan ternak, kompos, bibit (misalnya ubi jalar), dan
belum ada
pemanfaatannya yang lebih baik misalnya diekstrak klorofilnya
untuk bahan
pewarna makanan dan lain sebagainya.
Sisa panen pisang berupa batang, pelepah dan daun di perkebunan
pisang
perlu dipikirkan cara
penanganannya yang lebih baik. Serat batang pisang
masih bisa dimanfaatkan
untuk karung misalnya. Sama halnya di kebun
nenas setelah diambil
tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan
dipotong lalu dibuang
walaupun peremajaannya dilakukan setelah tanaman
pokok berumur 3-4 tahun
bahkan ada yang membiarkannya terus. Serat
yang ada di
daun-daunnya mungkin masih bisa dimanfaatkan.
Limbah pasca panen-pra
olah demikian juga cukup banyak seperti
tempurung, sabut dan
air buah pada kelapa, afkiran buah atau sayuran dan
hasil lainnya yang
rusak atau tidak memenuhi ketentuan kualitas, kulit,
darah, jeroan, pada
ternak potongan. Demikian pula kepala ikan dan jeroan,
kulit kerang/tiram,
udang dan ikan, dan banyak lagi macam dan jenisnya
yang lain termasuk
sampah-sampah basah baik dari rumah tangga maupun
pabrik bekas-bekas
pembungkus seperti daun pisang.
Di penggilingan padi limbah bisa dikumpulkan antara lain sekam
kasar,
dedak, dan menir. Sekam
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi untuk
pembuatan bata merah,
dipakai sebagai bahan bakar, media tanaman hias,
diarangkan untuk media
hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya sebagai
bahan empelas dan
lain-lain.
Dedak halus digunakan
sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda,
sementara menirnya
dimanfaatkan sebagai campuran makanan bayi karena
kandungan vitamin B1
nya tinggi, makanan burung, dan diekstrak minyaknya
menjadi minyak katul (bran
oil).
Hasil panen jagung
menghasilkan limbah dalam bentuk klobot jagung yang
bisa dimanfaatkan
sebagai bahan pengemas makanan secara tradisional
(wajik, dodol),
tongkolnya kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya
mungkin masih bisa
untuk media jamur atau lainnya. Hasil penggilingan
jagung menjadi tepung,
lembaganya bisa diekstrak menjadi minyak jagung
dan tentu saja ampasnya
masih bisa diberdayakan karena kandungan proteinnya
dan mungkin lemaknya
masih ada.
Limbah industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri
pengolahan
hasil pertanian.
Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak
menimbulkan polusi
lingkungan kalau tidak ditangani secara baik. Jenis
industri ini juga cukup
banyak. Untuk memudahkan penanganannya limbah
industri pertanian ini
bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahan
bakunya, apakah limbah
karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisa
dikelompokkan
berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan.
Untuk penanganannya, lim bah cair biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan
BOD (Biological Oxygen Demand)-nya.
Limbah
pertanian terbagi atas empat kelompok yaitu :
(1) Limbah pertanian pra panen contoh daun,
ranting atau buah yang gugur sengaja atau tidak.
(2) Limbah pertanian panen
contoh batang atau jerami saat panen padi.
(3) Limbah pertanian pasca panen
contoh kulit atau jeroan pada ternak potong.
(4) Limbah industri pertanian
contoh molases pada pabrik gula tebu.
Berdasarkan jenis 2 wujud
limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis
yaitu
limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapat
dikeluarkan
sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan
proses
yang ada di industri pertanian. Dari ke-tiga jenis limbah di atas,
limbah
cair yang umum diperhatikan oleh para ahli penanganan limbah,
karena
limbah cair industri pertanian jumlahnya banyak dan dapat
menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat.
Sifat-sifat
limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
(1) sifat fisik misalnya suhu,
pH, warna bau dan
endapan.
(2) sifat kimiawi misalnya
adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan kandungan an organik
(nitrogen, khlorida,
fosfor dll).
(3) sifat biologis misalnya ada
tidaknya mikroorganisme.
Untuk mengukur kadar bahan organik dari limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand).
Limbah industri pertanian terutama
limbah cair karena mengandung bahanorganik berupa karbohidrat, protein, lemak,
garam-garam mineral dan sisasisa
bahan
kimia yang digunakan dalam pengolahan, bila tidak ditangani
dengan
benar dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pengaruh limbah
industri
pertanian terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Membahayakan Kesehatan masyarakat
karena dapat merupakan
pembawa suatu penyakit.
2. Dapat merusak atau membunuh kehidupan
yang ada dalam air
seperti ikan dan binatang peliharaan
lainnya.
3. Dapat merusak keindahan, karena bau
busuk dan pemandangan
yang tidak sedap dipandang.
Sebagai usaha menghindarkan terjadinya
masalah lingkungan terutama
polusi
air maka perlu dilakukan pengelolaan limbah pertanian secara baik
dan
benar.
v
Jenis dan wujud limbah pertanian
Berdasarkan jenis dan
wujud limbah pertanian terutama limbah industri pertanian
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
(a). Limbah padat
(b). Limbah cair
(c). Limbah gas.
a. Limbah Padat
Bahan-bahan buangan
baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah
pasca panen dan limbah industri pertanian yang wujudnya padat
dikelompokkan pada limbah padat, contoh : Daun-daun kering, jerami,
sabut dan tempurung kelapa, kulit dan tulang dari ternak
potong, bulu ayam, ampas
tahu, jeroan ikan dan lain sebagainya. Limbah-limbah
tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa penanganan
tertentu akan menyebabkan/menimbulkan keadaan tidak higienis
karena menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali
merupakan pembawa berbagai jenis kuman penyakit.
Limbah padat dapat
diolah menjadi pupuk dan makanan ternak.
b. Limbah cair
Limbah cair industri
pertanian sangat banyak karena air digunakan untuk
:
1). membersihkan bahan
pangan dan peralatan pengolahan.
2). menghanyutkan
bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).
Limbah cair yang
berasal dari industri pertanian banyak mengandung
bahan-bahan organik
(karbohidrat, lemak dan protein) karena itu mudah
sekali busuk dengan menimbulkan masalah polusi udara (bau) dan
polusi air.
Pengelolaan limbah cair
yang umum dilakukan adalah perlakuan primer, sekunder dan tersier
(penjelasannya pada pokok bahasan mengelola limbah secara
fisik).
c. Limbah gas
Limbah gas adalah
limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan
hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap
air pada proses pengurangan kadar air selama proses pelayuan teh
dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan
bahaya harus disalurkan lewat cerobong.
vSifat-sifat
limbah pertanian
Dari ketiga jenis/wujud limbah pertanian, limbah jenis cair yang
perlu
diketahui
sifat-sifatnya supaya penanganannya limbah cair tersebut dapat
dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Jadi dalam modul ini hanya dibahas
sifat-sifat limbah cair
yang dihasilkan dari industri pertanian.
Sifat-sifat limbah cair
industri pertanian dibedakan menjadi tiga bagian besar
yaitu :
1). Sifat Fisik
2). Sifat Kimia
3). Sifat Biologis.
1. Sifat Fisik
Sifat-sifat Fisik, Kimia, Biologis dan Air Limbah
serta
Sumber
Asalnya
Sifat air limbah
|
Sumber asal air limbah
|
Sifat fisik :
Warna
Bau
Endapan
Temperatur
Kandungan bahan kimia :
Organik:
Karbohidrat
Minyak, lemak,
gemuk
Pestisida
Fenol
Protein
Deterjen
Lain-lain
An organik;
Kesadahan
Klorida
Logam berat
Nitrogen
PH
Fosfor
Belerang
Bahan-bahan
beracun
Gas-gas ;
Hidrogen sulfida
Metan
Oksigen
Kandungan Biologis :
Binatang
Tumbuh-tumbuhan
Prostista
|
Air buangan rumah tangga dan industri serta bangkai benda
organis.
Pembusukan air limbah dan limbah industri.
Penyediaan air minum, air limbah rumah tangga dan industri,
erosi tanah, aliran air rembesan.
Air limbah rumah tangga dan industri.
Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah industri.
Air limbah rumah tangga, perdagangan serta limbah industri.
Air limbah pertanian.
Air limbah industri.
Air limbah rumah tangga, perdagangan.
Air limbah rumah tangga , industri.
Bangkai bahan organik alamiah.
Air limbah dan air minum rumah tangga serta rembesan air
tanah.
Air limbah dan air minum rumah tangga, rembesan air tanah
dan pelunak air.
Air limbah industri.
Air limbah rumah tangga dan pertanian.
Air limbah industri.
Air limbah rumah tangga dan industri serta limpahan air
hujan.
Air limbahdan air minum rumah tangga serta limbah industri.
Air limbah industri.
Pembusukan limbah rumah tangga.
Pembusukan limbah rumah tangga.
Penyediaan air minum rumah tangga serta perembesan air
permukaan.
Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Saluran terbuka dan bangunan pengolah.
Air limbah rumah tangga dan bangunan pengolah.
Air limbah rumah tangga.
|
1.
Sifat Fisik
Penentuan
derajat kekotoran air limbah pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya sifat
fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat
padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga
temperatur.
Jumlah
endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan dari contoh air limbah
pertanian pada suhu 103-1050 C. Beberapa komposisi air limbah akan
hilang apabila dilakukan pemanasan secara lambat. Jumlah total endapan terdiri
dari benda-benda yang mengendap, terlarut, tercampur. Untuk melakukan
pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah dengan
memperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamnya. Dengan
mengetahui besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalam air akan memudahkan
kita dalam memilih teknik pengendapan yang akan diterapkan sesuai dengan
partikel yang ada di dalamnya. Air limbah yang mengandung partikel dengan
ukuran besar memudahkan proses pengendapan yang berlangsung, sedangkan apabila
air limbah tersebut berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akan
menyulitkan dalam proses pengendapan, sehingga untuk mengendapkan benda ini
haruslah dipilihkan cara pengendapan yang lebih baik dengan teknologi yang
sudah barang tentu akan lebih canggih.
Sifat-sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :
1. Nilai pH, keasaman alkalinitas
2. Suhu
3. Warna, bau dan rasa
4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran
mikroorganisme patogen
7. Kandungan
minyak
8. Kandungan logam
berat
9. Kandungan bahan
radioaktif
Dalam modul ini
yang akan dibahas sifat-sifat fisik berupa nilai pH, suhu, warna dan bau dari
limbah cair.
Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas
Nilai pH
air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH
air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis
buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH
6.2-7.6, air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempnyai pH
5.3-7.8, air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5-7.4, sedangkan air buangan
pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6-9.5.
Pada industri-industri makanan, peningkatan keasaman air
buangan umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air buangan
industri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam
jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen
besi sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan
meningkatkan keasamannya karena FeS2 dengan udara dan air akan
membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH
naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan
dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah
bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan pengkaratan pada
pipa-pipa besi.
1.
Sifat Kimia
Kandungan
bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui
berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah
serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air
bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan
yang beracun.
Bahan-bahan organik yang umumnya
terkandung pada limbah cair adalah karbohidrat, protein dan lemak.
2.
Sifat Biologis
Pemeriksaan
biologis (mikroorganisme) di dalam limbah cair untuk memisahkan apakah ada
bakteri-bakteri patogen dalam limbah cair supaya sebel limbah cair dibuang ke
perairan harus dilakukan perlakuan tertentu sampai bakteri-bakteri tersebut
mati.
Penentuan derajat kekotoran air limbah pertanian sangat
dipengaruhi
oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik
yang
penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan
kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.
Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan dari
contoh air limbah pertanian pada suhu 103-1050 C. Beberapa
komposisi air limbah akan hilang apabila dilakukan pemanasan
secara lambat.
Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda yang
mengendap, terlarut, tercampur. Untuk melakukan pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah dengan
memperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamnya.
Dengan mengetahui besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalam
air akan memudahkan kita dalam memilih teknik pengendapan yang
akan diterapkan sesuai dengan partikel yang ada di dalamnya. Air
limbah yang mengandung partikel dengan ukuran besar memudahkan
proses pengendapan yang berlangsung, sedangkan apabila air limbah
tersebut berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akan
menyulitkan dalam proses pengendapan, sehingga untuk mengendapkan
benda ini haruslah
dipilihkan cara pengendapan yang lebih baik dengan
teknologi yang sudah barang
tentu akan lebih
canggih.
Sifat-sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah :
1. Nilai pH, keasaman alkalinitas
2. Suhu
3. Warna, bau dan rasa
4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran mikroorganisme patogen
7. Kandungan minyak
8. Kandungan logam berat
9. Kandungan bahan radioaktif
Dalam modul ini yang akan dibahas sifat-sifat fisik berupa nilai
pH,
suhu, warna dan bau dari limbah cair.
Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6
sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan,
berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air
buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6.2-7.6, air buangan
pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempnyai pH 5.3-7.8,
air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5-7.4, sedangkan air
buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6-9.5.
Pada industri-industri makanan, peningkatan keasaman air buangan
umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air
buangan industri-industri bahan anorganik pada umumnya
mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya
juga tinggi atau pHnya rendah. Adanya komponen besi sulfur
(FeS2)
dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya
karena FeS2 dengan udara dan air akan membentuk H2SO4
dan besi (Fe)
yang larut.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik)
maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buangan
yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan
sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi.
Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam
Berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah
digunakan akan mendapatkan panas dari bahan
yang di
dinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat
asalnya
yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air
buangan tersebut
mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada
air asalnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut :
1. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. Gambar 3.1
menunjukkan kurva hubungan antara suhu dengan konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air.
2. Kecepatan reaksi kimia meningkat.
3. Kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu.
4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air
lainnya mungkin akan mati.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi
akanmengalami kenaikan kecepatan respirasi, di samping itu suhu
yang relatif tinggi akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut
di
dalam air, akibatnya ikan dan hewan air akan mati karena
kekurangan
oksigen. Suhu air kali atau air buangan yang relatif tinggi dapat
ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air
lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
2. Sifat Kimia
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat
merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut
dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan
rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain
itu,
akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang
beracun.
Oksigen terlarut (mg/l)
Bahan-bahan organik yang umumnya terkandung pada limbah
Cair adalah
karbohidrat, protein dan lemak.
3. Sifat Biologis
Pemeriksaan biologis (mikroorganisme) di dalam limbah cair
Untuk
memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen dalam
limbah cair supaya sebel limbah cair
dibuang ke perairan harus
dilakukan
perlakuan tertentu sampai bakteri-bakteri tersebut
mati.
v
Penyebab terjadinya limbah pertanian
Pencemaran air akibat limbah pertanian.
Limbah pertanian
dapat berasal dari limbah hewan, pupuk, maupun pestisida. Pemakaian pupuk dan
pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat
yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak seperti
yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida mempunyai aktifitas
dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah
pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan
hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air,
tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan
sel-sel tubuh mahluk, ini dinamakan Biological
Amplification sehingga apabila masuk dalam rantai makanan
konsentrasinya makin tinggi dan yang tertinggi adalah pada konsumen puncak.
Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung
pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai
konsumen puncak.
v
Dampak limbah pertanian
Dampak terhadap lingkungan
Ø Gangguan terhadap Kehidupan
Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka
Akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam
air limbah.
Dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen
akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya. Selain
kematian kehidupan di dalam air disebabkan
karena kurangnya
oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karena
adanya zat beracun yang
berada di dalam air limbah tersebut. Selain
matinya ikan dan
bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman
atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya
bakteribakteri, maka
proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa
terjadi pada air
limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah
air limbah akan sulit untuk diuraikan.
Selain bahan-bahan kimia yang dapat
mengganggu kehidupan di
dalam air, maka kehidupan di dalam air juga
dapat terganggu dengan
adanya pengaruh fisik seperti adanya temperatur
tinggi yang dikeluarkan
oleh industri yang memerlukan proses pendinginan.
Panasnya air limbah ini
dapat mematikan semua organisme apabila tidak
dilakukan pendinginan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran
air limbah.
Ø Gangguan terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan
yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan
dihasilkan air limbah
yang berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yang
sangat besar. Ampas
yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan
pengendapan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan
tetapi memerlukan waktu
yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air
limbah mengalami proses
pembusukan dari zat organik yang ada di
dalamnya. Sebagai
akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil
pengurangan dari zat
organik yang sangat menusuk hidung.
Di samping bau yang
ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akan
memerlukan tempat yang
banyak dan mengganggu keindahan tempat di
sekitarnya. Pembuangan
yang sama akan dihasilkan juga oleh perusahaan
yang menghasilkan
minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga
menyebabkan tempat di
sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan
ampas yang mengganggu,
maka warna air limbah yang kotor akan
menimbulkan gangguan
pemandangan yang tidak kalah besarnya. Keadaan
yang demikian akan
lebih parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai
daerah pantai di mana
daerah tersebut merupakan daerah tempat rekreasi
bagi masyarakat
sekitarnya.
Makhluk hidup
Ø Gangguan terhadap Kesehatan
Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat
bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah.
Limbah cair
ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti
penyakit
kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis.
Selain
sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak
terdapat
bakteri patogen penyebab penyakit seperti :
Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti
modus
penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air
hasil
pengolahan (effluent) pengolahan air limbah.
Vibrio Kolera
Menyebabkan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui limbah
cair
yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio
kolera.
Salmonella Typhosa a dan Salmonella
Typhosa b
Merupakan penyebab tiphus abdominalis dan para tiphus yang banyak
terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip
penularannya adalah
melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh manusia yang
berpenyakit
tiphus.
Salmonella Spp.
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak
terdapat pada air hasil pengolahan.
Shigella Spp.
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air
yang
tercemar. Adapaun cara penularannya adalah melalui kontak langsung
dengan kotoran manusia maupun melalui perantara dengan makanan,
lalat
dan tanah.
Basillus Anthraksis
Adalah penyebab penyakit anthrak, terdapat pada air limbah dan
sporanya tahan terhadap pengolahan.
Brusella Spp.
Adalah penyebab penyakit brusellois, demam malta serta menyebabkan
keguguran (aborsi) pada domba.
Mikobakterium Tuberkulosa
Adalah penyebab penyakit tuberkulosis dan terutama terdapat pada
air
limbah yang berasal dari sanatorium.
Leptospira
Adalah penyebab penyakit weil dengan penularan utama berasal dari
tikus selokan.
Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran
melalui lumpur yang mengandung kiste.
Skhistosoma Spp.
Penyebab penyakit skhistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan
pada saat melewati pengolahan air limbah.
Taenia Spp.
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat
tahan terhadap cuaca.
Askaris Spp. Enterobius Spp.
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil
pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air
Limbah
juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi,
bau dan
bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah
terbakar.
Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber
asal air limbah.
Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh
yang
nyata dimana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala
penyempitan
ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat
termakannya ikan oleh para nelayan, sedangkan ikan tersebut telah
mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air
raksa
yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah
yang tercemar
oleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan
limbahnya.
v
Cara penanggulangan limbah pertanian
Solusi
pencemaran air akibat limbah pertanian
Mengenai limbah pertanian.
Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat khususnya para petani
supaya berlaku bijak dengan limbah pertanian yang dihasilkannya.Dan semua itu
hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalnya yaitu dengan
memulai dari diri sendiri.
Pertanian
merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya
pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser
sektor pertanian sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara
agraris. Pembangunan pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis
dan agroindustri. Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor
pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada
subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis,
peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan,
diantaranya produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per
tahun, dan susu meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan,
2005).
Peningkatan
produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri
disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Diantaranya penggunaan
bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran
lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat
erosi dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok
tanam, seperti jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat
menjadi masalah. Kegiatan petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa
hasil pertanian seperti jerami dan gulma tentu akan menyumbang banyak
karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan global.
Sementara
itu, peningkatan di subsektor peternakan meninggalkan berbagai masalah berupa
limbah. Limbah ternak dapat berupa sisa buangan dari kegiatan usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong ternak, dan pengolahan produk ternak. Adapun
limbah tersebut dapat ditemukan dalam jenisa padat dan cair, antara lain feses,
urin, darah, tanduk, bulu, kuku, dan kulit telur.
Selama ini
belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari
usaha pertanian, sehingga perlu dikaji pengangannya melalui sistem integrasi
tanaman-ternak.
Konsep
sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk pertanian
terpadu. Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai kegiatan
pertanian dan peternakan yang saling melengkapi. Pola ini akan akan menjadi
solusi bagi usaha pertanian. Salah satu contoh integrasi yang terjadi antara
hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa kotoran diolah menjadi
pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan pertanian. Manfaat
kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah
terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan
bagi tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah
pertanian berupa jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan
ternak.
Selain itu,
bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan ternak di
pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan
hasil, sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput,
semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut atau menggunakan
tenaga sapi atau kerbau untuk pengolahan tanah. Sementara itu, ternak dapat
mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan
kotoran padatnya.
Harapan dari
pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia seperti pupuk
sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak berlimpah
belum tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk kandang dari
limbah ternah dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan tanpa limbah
karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk
makan ternak. Adapun dampak negatif dari pertanian berupa kerusakan tanah dan
pemanasan global dalam jangka panjang dapat diminimumkan.
‘
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah integrasi tanaman-ternak dimaksudkan untuk memperoleh
hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah
dan upaya penangan limbah usaha pertanian. Interaksi antara ternak dan tanaman
haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat
mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil
usaha tani.
Adapun saran untuk kedepan perlu
digalakkannya sistem integrasi tanaman-ternak, mengingat sistem ini di samping
menunjang pola pertanian organik yang ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan
usaha pertanian secara umum.